Sabtu, 22 Juni 2013

BUDAYA KARO DITANAH RANTAU


Ketika Warga Karo Perantauan Rindu Kampung
Periksa Ginting | Sabtu, 22 Juni 2013 - 11:34:45 WIB
    

    Bogor,"kba.GALANG"



(SH/Periksa Ginting)
Para tokoh masyarakat suku Karo yang ada di Bogor berfoto bersama sebelum acara Pesta Kerja Tahun Karo Bogor 2013 dilanjutkan.
Perayaan Kerja Tahun untuk melepas rindu akan kampung halaman sekaligus menjaga budaya.

Rindu akan kampung halaman setelah lama merantau adalah suatu keniscayaan. Rasa rindu terhadap kampung halaman akan semakin besar ketika berpadu dengan rasa ingin tahu perubahan apa saja yang sudah terjadi di daerah asal yang kita tinggalkan.
Tidak terkecuali bagi mereka yang sudah beranak-pinak di tanah perantauan, tetap memiliki rasa rindu terhadap tanah kelahiran. Demikian juga para mahasiswa perantau akan selalu dilanda rindu akan suasana kampung halaman, rindu teman sepermainan, hamparan sawah yang hijau, dan sungai yang airnya bersih dan bening.
Kerinduan seperti ini pula yang dirasakan masyarakat suku Karo yang tinggal di Kota dan Kabupaten Bogor. Untuk mengobati rasa rindu itu, pada awal Juni 2013, tepatnya Sabtu 8 Juni, warga Karo di daerah berjuluk Kota Hujan ini menggelar Pesta Kerja Tahun Bogor 2013.
Bagi masyarakat Karo, perayaan Kerja Tahun atau sering juga disebut Merdang Merdem, merupakan kegiatan rutin setiap tahun yang biasanya dilaksanakan masyarakat Karo di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pesta yang melibatkan warga seisi kampung ini biasanya dilakukan usai menanam padi di sawah.
Perayaan tersebut merupakan bagian dari ucapan syukur kepada sang Pencipta karena kegiatan menanam padi telah selesai. Teriring doa agar tanaman padi tersebut diberkati sehingga bebas dari hama dan menghasilkan panen berlimpah.
Ketua Panitia Pesta Kerja Tahun Bogor 2013, Anndy Sembiring Meliala mengatakan, momen yang melibatkan seluruh warga kampung tersebut biasanya juga dimanfaatkan muda-mudi sebagai ajang mencari jodoh.
Setiap acara Merdang Merdem (Kerja Tahun) biasanya dimeriahkan dengan gendang guro-guro aron yaitu acara tari tradisional Karo yang melibatkan pasangan muda-mudi. Setiap kecamatan di Tanah Karo merayakan Merdang Merdem pada bulan yang berbeda.
“Sebagai komunitas yang masih memegang kuat tradisi dan budaya Kerja Tahun dan sekaligus untuk lebih memperkenalkan budaya Kerja Tahun kepada muda-mudi Karo serta masyarakat Bogor pada umumnya, Panitia Kerja Tahun Bogor 2013 mencoba menyalurkan aspirasi dan bakat muda-mudi Karo di Bogor dalam satu pagelaran Seni, Budaya dan Makanan Khas Karo,” Anndy menjelaskan.
Bertempat di Gedung Yayasan Mulia Kasih Simalem, Kandang Roda, jalan Bogor-Jakarta, perayaan Merdang Merdem berlangsung sangat semarak. Warga Karo datang dari berbagai pelosok kota kecamatan di Kota dan Kabupaten Bogor. Ada yang menggunakan kendaraan pribadi, tapi banyak juga yang menggunakan kendaraan umum.
Acara dimulai sejak pagi hingga tengah malam. Diawali dengan kata pengalo-ngalo (kata sambutan) dari ketua panitia, acara kemudian dilanjutkan menari bersama dengan para tokoh masyarakat Karo dari lima marga yakni Sembiring, Karo-karo, Perangin-angin, Tarigan, dan marga Ginting.
Dalam acara perayaan Merdang Merdem ini juga dilantunkan lagu legendaris Karo. Lagu-lagu tersebut merupakan karya seniman Karo yang terus dikenang sampai saat ini, seperti “Djaga Depari”, “Erkata Bedil”, “Sora Mido”, dan “Turang”.
Tidak kalah menarik adalah demo masakan khas Karo. Setiap perwakilan marga tampil ke atas panggung untuk memperagakan cara pembuatan masakan tersebut dan apa saja bahan-bahan yang dibutuhkan. Sebagian besar bahan baku itu didatangkan dari Medan. Usai melakukan demo, perwakilan yang rata-rata ibu-ibu membagikan masakan tersebut ke pengunjung Kerja Tahun.
Jenis masakan khas Karo yang didemokan antara lain cimpa tuang, cimpa matah, rires (lemang), gule nurung emas, terites/pagit-pagit, gule daging lembu gat-gat, bohan-bohan, dan manok tasak telu.
''Kita ingin generasi muda kita tetap mencintai budaya, makanan khas dan lagu-lagu Karo yang tetap dipertahankan turun-temurun. Dengan mencintai budaya dan masakan khas tersebut, muda-mudi Karo akan lebih mencintai sukunya sendiri yang ternyata memiliki nilai yang sangat luhur,'' ujar NK Sembiring, tokoh masyarakat Karo di Bogor.
Dalam menanamkan rasa cinta terhadap budayanya, muda-mudi Karo juga ditampilkan untuk menari tradisional. Lengkap dengan pakaian adat Karo, mereka menari dengan iringan musik tradisional. Pertunjukan anak-anak muda itu mendapat sambutan cukup meriah dari pengunjung pesta yang jumlahnya ratusan orang.
Pada puncak acara pada malam hari, tampil penyanyi pop Karo Trio Alan Dhany Sitepu dan pasangan perkolong-kolong Keleng Barus dengan Anita Beru Sembiring. Sorak-sorai selalu menyambut para penyanyi ketika tampil di panggung.
''Saya benar-benar puas. Serasa berada di kampung bersama keluarga saat mengikuti rangkaian acara. Kami berharap tahun depan masih ada acara seperti ini,'' ujar Ny Erlina Beru Barus.
Sumber : Sinar Harapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar