Sulawesi-"kab.ajiinews"
Sejumlah investor, baik nasional maupun asing, akan segera mengeksploitasi tambang nikel di sejumlah kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), menyusul Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman yang sudah ditandatangani antara pihak investor dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Utara (Sultra).
“Investor tambang nikel yang sudah menantangani nota kesepaham atau MoU dengan kami dalam dua tahun terakhir, sebanyak 17 investor. Para investor tersebut akan memulai kegiatan usahanya, mengeksploitasi potensi tambang nikel, pada tahun 2011 ini. Bahkan beberapa investor sudah melakukan ekspor bijih nikel sejak 2010 lalu,” ujar Gubernur Sultra Nur Alam SE dalam percakapan dengan SH melalui telepon dari Jakarta, Selasa (11/1) sore.Menurut Gubernur Nur Alam, dalam nota kesepahaman yang ditandatangani kedua pihak, pihak investor dengan Pemprov Sultra, disebutkan bahwa setiap pengapalan bijih nikel ke luar negeri, pihak perusahaan wajib membayar retribusi pada Pemprov Sultra antara US$ 1,5 hingga US$ 2 per ton ore.
“Pemprov Sultra akan memperoleh pendapatan yang luar biasa dari 17 investor yang akan mengeksploitasi tambang nikel ini. Sebab, satu investor sekali melakukan pengapalan nikel ke luar negeri, volumenya mencapai 150.000 ton,” tuturnya.
Jadi, bila satu perusahaan bisa mengapalkan nikel rata-rata lima kali dalam setahun, ujar Gubernur Nur Alam, Pemprov Sultra bisa memperoleh retribusi dari satu investor antara US$ 1,1 juta hingga US$ 1,5 juta. “Itu artinya, setiap tahun Pemprov Sultra akan memperoleh pendapatan dari 17 perusahaan tambang nikel itu sekitar US$ 18 juta sampai US$ 20 juta,” ujarnya.
Dengan pendapatan sebesar itu, lanjut Nur Alam, Sultra sudah bisa berkembang maju sejajar dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Bahkan ,selain bisa menyejahterakan masyarakatnya, Sultra juga sudah bisa berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.
“Beroperasinya 17 perusahaan yang sudah mendatangani nota ksepahaman dengan Pemprov Sultra itu tidak hanya menguntungkan dari sisi penerimaan keuangan daerah, tetapi juga bisa membuka kesempatan kerja bagi putra-putri Sultra. Bahkan lapangan usaha baru bagi masyarakat bisa terbuka luas,” tambahnya.
Ini karena memang selain bisa terserap menjadi tenaga kerja di perusahaan, masyarakat juga dapat membuka kesempatan berusaha menyediakan kebutuhan para pekerja di perusahaan. “Pokoknya, kehadiran 17 perusahaan tambang itu akan berdampak luas bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Makanya pertumbuhan ekonomi Sultra pada 2011 kami prediksi masih bisa bertahan antara 8,10-8,50 persen, bahkan bisa mencapai 9 persen,” ujarnya.
Menurut Gubernur Nur Alam, pada tahun 2010 lalu, sudah dua perusahaan yang mengespor bijih nikel dalam bentuk ore (tanah bercampur nikel-red) ke luar negeri. Kedua perusahaan tersebut yakni PT Aneka Tambang (Antam) Tbk yang mengekspor bijih nikel ke Yunani sebanyak 148.300 ton dan PT Wijaya Inti Nusantara (WIN) yang mengekspor nikel ke Korea Selatan sebanyak 150.000 ton. “PT Antam beroperasi di Konawe Utara, sedangkan PT WIN mengeksploitasi bijih nikel di Kabupaten Konawe Selatan,” ujarnya lagi.sumber sinar harapan//kba.ajiinews//.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar