PERPISAHAN
UNTUK MENGUKIR HARAPAN KELULUSAN BUKAN AKHIR
SEGALANYA
Indramayu,
Rakyat Oposisi
Perpisahan atau pelepasan merupakan kodrat yang pasti dilalui bagi
siapa saja yang lagi melakukan apapun termasuk dalam hal menuntut ilmu, meka
tepat kata pepatah “Setiap pertemuan pasti ada perpisahan” dalam menuntut ilmu
di garis formal seperti perpisahan SMAN I (Bonru) Haurgeulis-Indramayu-Jawa
Barat baru baru ini memilik momen tersendiri bagi siswa/inya.
Sebagai mana
yang dituturkan Lian Lesdarmawati (17) dimana di akuinya nama lahir yang di
berikan bapaknya Liana Singsae Wibowo dan di panggil “LI” yaitu Liana=pilihana
Singsae=Yang bagus, Wibowo=sempalan nama ujung bapaknya Wibawa yang konon
katanya arti nama itu adalah kalau nanti besar harus bias memilih dalam
hidupnya yang bagus (benar) dan adil dalam menentukan sikap.
Sementara ini baru mau duduk di kelas XII yang akan dilalui mulai
masuknya sekolah 15-Juli-yad, dia mengatakan kepada RO, “perpisahan yang
terjadi pada 29 Juni 2013 lalu di SMA Bonru ini merupakan momen bagi para
siswa-siswi karena perpisahan di Sekolah dari SD ke SMP, dari SMP ke SMA, dari
SMA ke Perguruan Tinggi dan seterusnya merupakan sederetan seserang menuju
cita-citanya, maka perpisahan itu merupakan hal penting untuk mengukir harapan”,
tandasnya saat ditemui dirumahnya sambil menikmati liburan sekolah.
Gadis “Manja”
atau “Manis-manis Manja” ini memiliki cita-cita besar dalam kehidupannya
bersikeras punya cita-citanya mengukir langit, bagaimana tidak ketika ditanya
wartawan celetuknya dia ingin jadi pemimpin Bangsa yang Adil dan Makmur bagi
rakyat, dalam arah berfikirnya sebagaimana yang di bimbing bapaknya supaya
hidup bermanfaat bagi rakyat meupun Negara.
Ketika
ditanya motivasi apa dalam cita-citanya, dia jawab, “selama ini saya sering
melihat dan menonton berita-berita di TV behwa rakyat kondisinya sangat
memperihatinkan, seperti adanya demo dimana-mana kalau saya nilai sepertinya,
harapan mereka tidak tersalurkan baik melalui Pemerintah maupun DPR yang
notabennya sebagai wakil rakyat, sering juga dilihat lewat TV yang namanya
penggusuran,
pemukiman maupun tempat usaha rakyat, walaupun pemerintah dalam
kiprah itu menurutnya baik tapi tidak berfikir dampaknya, mestinya lebih
dikedepankan dong masyarakat yang tersingkirkan mereka juga mempunyai anak
istri (keluarga) bukan kah halini bias menambah beban kesengsaraan rakyat dan
tambah menjamurnya kemiskinan, mestinya pemerintah sebelumnya menyiapkan lahan
yang disediakan bagi mereka yang tergusur baru pas,
kaya ginikan seerti perang rakyat
dengan aparat, rakyat tertindas lebih kejam kaya zaman penjajahan. Saya sebagai
pelajar yang di ajarkan Pancasila Perikemanusiaan yang adil dan beradab tidak
setuju rakyat ditindas maka saya ingin jadi pemimpin yang tidak kaya gitu, saya
suka berwelas-asih bersama rakyat”, katanya sinis menanggapi dan mengkeritisi
sikap penguasa.
Walaupun baru mau duduk dikelas XII Li rajin membuat berita yang
diorbitkannya melalui wartawan “PF” maupun “WP” dan katanya akan menerobos
cita- citanya melalui kewartawanan yang dimulainya membantu menulis di media
cetak dan melalui mein Film kalau sudah ada kesempatan dan ada Sutradara maupun
produser yang mengalirkannya dalam layar kaca, “kalau saya bisa aktifitas dalam
perfilman kan akan dapat honor bisa dapat biaya untuk menuju cita-cita
saya, itung –itung meringankan beban
orang tua gitu deh”, tuturnya tertawa renyah.
Kepala SMA Bonru, Asep Ramlih, M.S.E juga berpesan agar siswa kelas
XII yang menikmati kelulusan jangan berarogansi tidak pantas atau merayakannya
berlebihan seperti coret-coretan baju dan lain-lain apalagi menggunggu
ketentraman lingkungan masyarakat seperti
konvoi dan seterusnya yang sama sekali tidak bermanfaat bagi dirinya
maupun orang lain.
“ Tolong jangan berlebihan menyambut kelulusan, karena kelulusan bukan akhir segalanya dan
perjalanan kalian (siswa-siswi=red) masih panjang , harus dipicu dengan banyak
belajar demi masa depannya, karena dengan sukses dan menanamkan perilaku baik,
disiplin sama saja menjaga almamater sekolah asal, dimana para siswa lulus
selanjutnya berkiprah dimasyarakat dengan mempublikasikan sifat positif damana
pun”,pesan asep saat perpisahan berlangsung yang merasa bangga anak didiknya
lulus 100%.
Bagitupun ketua panitia dan humas Toyib, S.Pd berharap bagi para
siswa yang telah lulus jika dikemudian hari sukses supaya memberitahukan ke
almamaternya, hal ini menurutnya penting sebagai motivasi bagi adik-adik
kelasnya.
Pada acara perpisahab tersebut dimeriahkan kesenian yang tercipta
dari lingkungan siswa siswinya, dari namanya Angklung, Group Band dan Danser,
berkat kerja sama dari unsure panitia acara berjalan dangan baik.
“Saya juga merasa senang atas terlaksananya pelepasan kelas XII
sekarang ini, walaupun saya hanya mendengarkan katanya yang hadir dalam acara
tersebut, tapi lebih dari itu saya berharap supaya SMA Bonru lebih meningkatkan
lagi system belajar ynang tepat bagi siwanya sehingga ketika lulus sesuai yang
diharapkan para orang tua, menjadi anak yang berguna bagi Bangsa dan Negara
lebih khusus bagi dirinya sendiri, berdedikasi, menghormati orang tua kelak
juga hidup penuh disiplin. Hal ini juga harus disoritauladani bagi para
gurunya, mengajar penuh disiplin dan jangan sampai ada guru tidak hadir ketika
ada jadwal mengajar karna akan berdampak kompleks bagi para siswa seperti
keluyuran yang tidak-tidak dan lain-lain sebab gurunya mencontohkan sifat tidak
disiplin“, tutur wali murid yang tidak menyebutkan namanya.
“Memang sampai saat ini belum ada
hukum yang jelas bagi korupsi waktu, baru tahap hukuman korupsi uang,
maka untuk mendisiplinkan guru-guru atau pegawai-pegawai yang di gaji, sejauh
ini baru dilakukan hukuman hanya teguran disiplin, ini pun masih setengah
hati”, tambahan walimurid yang katanya juga setiap guru harus bisa menceritakan
sifat dan sikap yang diamanatkan Kihajar Dewantara selaku pahlawan pendidikan
kita yaitu “ Ingarso Sungtolado, Ingmadyo Mangun Kasro, dan Tutwuri Handayani”,
(Kusal)
------------------------ Sabtu 6 juli 2013 Kusnan Alwibowo
------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar