Kenaikan BBM Berimplikasi ke Tuntutan Kenaikan Gaji
Jakarta-"GALANG"(Foto/Antara)
PENOLAKAN BURUH-Buruh menggelar aksi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di depan gedung MPR/DPR, Jakarta, Senin (17/6). Aksi tersebut untuk menekan DPR agar tidak mengesahkan kenaikan BB
Organisasi buruh mengancam mogok kerja secara nasional pada 16 Agustus 2013.
JAKARTA- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi menyatakan bahwa apabila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, maka pada tahun 2014 upah buruh juga harus naik. Apabila harga BBM dinaikkan oleh pemerintah dalam waktu dekat, maka dapat dipastikan untuk kalangan pengusaha akan memikirkan langkah untuk para buruh yang bakal menyuarakan tuntutan tersebut.
"Apabila harga bahan bakar bersubsidi jadi dinaikkan oleh pemerintah, maka para buruh bisa meminta kenaikan upah pada tahun 2014 mendatang," kata Sofyan seusai menghadiri 'Forum Dialog Investasi' di Jakarta, Senin.
Menurut dia, tidak ada jalan lain, pihaknya sebagai pengusaha harus membantu para buruh dan jangan sampai hidup mereka lebih susah daripada tahun sebelumnya. Sofyan menjelaskan, untuk sektor industri, kenaikan BBM tersebut tidak akan memberikan dampak karena untuk sektor industri telah menggunakan harga dunia.
"Sesungguhnya buruh tidak perlu melakukan demo besar-besaran, kecuali mereka mau terjun ke dunia politik," ucap Sofyan.
"Kita akan memikirkan juga bagaimana untuk membantu mereka, khususnya untuk transportasi," kata Sofyan lagi, yang juga mengatakan bahwa dampak langsung akibat kenaikan BBM tersebut adalah sektor transportasi.
Sebaliknya, kalangan buruh melalui organisasi Majelis Pekerja Indonesia (MPBI), terdiri dari KSPI, KSPSI, KSBSI dan Federasi SP yang mengepung gedung DPR pada Senin (17/6), mengatakan, sebanyak 10 juta buruh di seluruh Indonesia mengancam mogok kerja secara nasional pada 16 Agustus 2013. Langkah ini dilakukan, jika pemerintah dan DPR tetap menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Selain di Jakarta, buruh juga bakal menyerbu kantor Gubernur, Bupati dan Walikota di berbagai wilayah seperti Serang, Cilegon, Purwakarta, Karawang, Cimahi, Subang, Bandung, dan berbagai wilayah di Indonesia.
Pemerintah sendiri memastikan akan menaikkan harga BBM subsidi menjadi Rp6.500 per liter untuk premium, dan solar naik menjadi Rp5.500 per liter dari sebelumnya dijual Rp4.500 per liter.
"Apabila harga bahan bakar bersubsidi jadi dinaikkan oleh pemerintah, maka para buruh bisa meminta kenaikan upah pada tahun 2014 mendatang," kata Sofyan seusai menghadiri 'Forum Dialog Investasi' di Jakarta, Senin.
Menurut dia, tidak ada jalan lain, pihaknya sebagai pengusaha harus membantu para buruh dan jangan sampai hidup mereka lebih susah daripada tahun sebelumnya. Sofyan menjelaskan, untuk sektor industri, kenaikan BBM tersebut tidak akan memberikan dampak karena untuk sektor industri telah menggunakan harga dunia.
"Sesungguhnya buruh tidak perlu melakukan demo besar-besaran, kecuali mereka mau terjun ke dunia politik," ucap Sofyan.
"Kita akan memikirkan juga bagaimana untuk membantu mereka, khususnya untuk transportasi," kata Sofyan lagi, yang juga mengatakan bahwa dampak langsung akibat kenaikan BBM tersebut adalah sektor transportasi.
Sebaliknya, kalangan buruh melalui organisasi Majelis Pekerja Indonesia (MPBI), terdiri dari KSPI, KSPSI, KSBSI dan Federasi SP yang mengepung gedung DPR pada Senin (17/6), mengatakan, sebanyak 10 juta buruh di seluruh Indonesia mengancam mogok kerja secara nasional pada 16 Agustus 2013. Langkah ini dilakukan, jika pemerintah dan DPR tetap menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Selain di Jakarta, buruh juga bakal menyerbu kantor Gubernur, Bupati dan Walikota di berbagai wilayah seperti Serang, Cilegon, Purwakarta, Karawang, Cimahi, Subang, Bandung, dan berbagai wilayah di Indonesia.
Pemerintah sendiri memastikan akan menaikkan harga BBM subsidi menjadi Rp6.500 per liter untuk premium, dan solar naik menjadi Rp5.500 per liter dari sebelumnya dijual Rp4.500 per liter.
Sumber : Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar